kreasa.id – “Kring, kring, kring ada sepeda, sepedaku roda dua…”
Siapa teman Kreasa yang gemar bersepeda? kalian pasti familiar dengan lagu ini.
Ya, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bersepeda tidak hanya sebagai olahraga yang menyehatkan dan menyenangkan, namun juga sepeda digunakan sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan.
Menurut beberapa literatur, ternyata sepeda sudah digunakan sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Tapi tahukah kamu bagaimana sejarah penemuan sepeda pertama kali? dan bagaimana sepeda bisa masuk ke Indonesia?
Yuk sama-sama disimak perjalanan menarik bagaimana sepeda ditemukan hingga berkembang dari zaman ke zaman seperti sekarang ini.
Baron Karl Drais von Sauerbronn atau yang dikenal dengan nama Karl Drais adalah seorang berkebangsaan Jerman yang berprofesi sebagai Kepala Pengawas Hutan yang tercatat sebagai penemu sepeda pertama kali. Sepeda pertama saat itu adalah “Sepeda Tanpa Pedal” yang dikenal sebagai velocipede (kaki cepat) atau “pengocok tulang”.
Ide untuk menciptakan “Sepeda Tanpa Pedal” adalah sebagai menunjang pekerjaannya yang memerlukan transportasi untuk mobilitas tinggi. Temuan Karl Drais kemudian disempurnakan oleh beberapa para penemu Prancis termasuk Pierre Lallement, Pierre Michaux dan Ernest Michaux pada tahun 1860-an dengan menambahkan pedal di bagian roda depannya.
Perkembangan dan perjalanan sepeda kemudian banyak diliput media hingga akhirnya dikenal sebagai kendaraan tranportasi beroda dua yang paling populer kemudia lahirlah istilah Bicycle yang artinya Dua Roda.
Bagaimana perjalanan sepeda di Indonesia?
Pada abad ke-20 ketika menjajah Indonesia, orang Belanda membawa sepeda buatan Eropa sebagai alat transportasi elite atau mahal. Karena itu sepeda pada mulanya hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja yaitu pegawai kolonial, para bangsawan, para misionaris dan saudagar kaya.
Pada tahun 1920-an ketika auto transportasi atau kendaraan bermotor mulai masuk ke wilayah Hindia Belanda atau Indonesia harga sepeda menjadi menurun. Harganya yang sudah tidak mahal lagi menjadikan sepeda berubah statusnya menjadi alat transportasi yang dapat digunakan oleh banyak orang.
Pada dekade 1970-an dikenal sebagai era menghilangnya pesepeda. Semenjak kendaraan bermotor terus bertambah dan menguasai lajur atau jalan-jalan di kota besar, para pesepeda mulai menghilang karena kekhawatiran akan resiko tertabrak kendaraan bermotor.
Pada akhir dekade 1980-an, tren sepeda muncul kembali dan mirip dengan era awal kehadirannya dulu. Sepeda dimiliki oleh kalangan atas karena harganya setara atau bahkan berada di atas harga kendaraan bermotor. Para elite ini menggunakan sepeda tidak hanya untuk olahraga tapi juga untuk meluluskan kepentingan atau negosiasi bisnis.
Memasuki era 2000-an, komunitas pesepeda mulai bermunculan kembali. Kesamaan minat dan perhatian para pesepeda terhadap polusi yang diakibatkan kendaraan bermotor menjadi alasan utama. Banyak komunitas pesepeda bermunculan di berbagai kota-kota besar di Indonesia, terutama Jakarta. Mereka menggunakan sepeda sebagai kebutuhan transportasi harian yang sehat dan juga ramah lingkungan.
Dengan banyaknya negara-negara di belahan dunia yang menunjukkan keberhasilan penggunaan sepeda sebagai transportasi alternatif ramah lingkungan, kini di Indonesia jalur sepeda dan fasilitasnya juga sudah mulai diperhatikan dan dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah, terutama di wilayah Jabotabek.
Selama pandemi melanda, sepeda kini sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia termasuk di kota-kota besar seperti Jakarta dengan meningkatnya angka kepedulian masyarakat terhadap kesehatan.
Yuk dukung penggunaan transportasi sepeda, selain badan sehat juga ramah lingkungan.
- Follow Instagram Kreasa
- Like Facebook Kreasa
- Subscribe YouTube Kreasa
0 Comments