kreasa.id – Seperti pepatah yang mengatakan bahwa “Anak lahir ke dunia diibaratkan seperti kertas putih kosong dan belum ditulisi” atau lebih dikenal dengan istilah Tabula Rasa (a blank sheet of paper) dan orang dewasa atau orang tualah yang mencorakkan warna pada mereka sesuai apa yang diajarkan atau ditanamkan.
Walaupun anak dilahirkan dengan karakter pribadi yang berbeda-beda namun para pakar psikolog berpendapat bahwa bila kita tidak mampu menanamkan karakter baik pada anak sejak dini maka kepribadian anak akan bermasalah ketika dewasa nanti. Karena itu orang tua perlu membina karakter anak sejak dini, seperti senam otot yang harus dilakukan secara terus menerus agar kuat dan sehat.
Anak-anak tetaplah anak yang polos dan kadang tidak cukup ilmu atau pengalaman untuk memahami bagaimana berada dilingkungan besar atau ketika bersama orang lain. Apa yang sudah tertanam dan menjadi kebiasaan akan dianggap biasa atau lumrah oleh anak. Hati-hati dengan kebiasaan orang tua (habit), bila itu tidak baik dan dilakukan terus menerus maka akan terus menempel hinga akhirnya menjadi karakter.
Sebut saja Ari sebagai contoh, seperti hari-hari lainnya, selepas lelah bermain bersama teman-temannya ia masuk rumah. Kebiasaannya adalah langsung berlari melewati ruang tamu lalu meletakan mainannya di lantai menuju dapur untuk mengambil air minum. Padahal saat itu orang tuanya sedang kedatangan tamu, tentunya ini tidak menunjukkan habit yang baik.
Bagaimana Ari bisa melakukan hal tersebut? tanpa disadari Ari sudah meniru apa yang dilihatnya sehari-hari terutama di dalam keluarga, kemudian hal tersebut terjadi secara berulang hingga akhirnya menjadi sebuah habit atau kebiasaan. Siapa orang yang paling berperan pada kebiasaan Ari? tentu saja orang orang tua atau orang dewasa di lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga.
Oleh karenanya, yuk Parents tidak ada kata terlambat, mulai ajari pada anak hal-hal kecil namun bermakna besar untuk membangun karakter positifnya. Simak 8 ucapan ajaib “Magic Words” yang mudah dipelajari dan dilakukan anak sehari-hari.
- Ajari anak untuk ucapkan Salam, “Assalamu’alaikum, Hi, Halo” setiap masuk rumah dan bertemu orang lain. Bagi yang muslim dapat mengucapkan Assalamu’alaikum dimana merupakan sunah Rasul dan juga terdapat doa di dalamnya, yaitu semoga keselamatan terlimpah untukmu. Dengan biasa mengucapkan salam maka diharapkan mampu membentuk karakter anak yang sopan, tenang dan damai.
- Ajari anak untuk ucapkan Dzikir “Alhamdulillah, Subhanallah, Alhamdulillah, Astagfirullah, Masyaallah, Allahu Akbar”. Dzikir diajarkan untuk menghindari kata-kata kasar atau berlebihan saat merespon sesuatu seperti kegembiraan, ketakjuban, syukur, maupun kesedihan. Dengan biasa mengucapkan Dzikir akan membentuk karakter takwa dan penuh syukur pada anak.
- Ajari anak untuk ucapkan “Tolong” ketika hendak meminta bantuan orang lain. Ucapan tolong mampu menggerakkan hati orang lain untuk membantu sesama yang membutuhkan. Ucapan ini mampu membentuk karakter anak menjadi rendah hati atau tidak sombong.
- Ajari anak untuk ucapkan “Maaf atau Permisi” saat melakukan kesalahan dan ketika ada hal-hal yang hendak dilakukan yang mungkin dapat mengganggu atau mempengaruhi orang lain. Ucapan maaf dapat juga diucapkan untuk mencairkan suasana meskipun kita tidak bersalah. Ucapan ini mampu membangun karakter empati pada anak.
- Ajari untuk meminta Izin “izin ya atau boleh ya” setiap kali ingin menggunakan atau meminjam sesuatu milik orang lain. Meminta merupakan perilaku sopan agar tidak menyinggung orang lain. Ucapan ini mampu membangun karakter saling menghormati, tertib dan sopan pada anak.
- Ajari anak untuk ucapkan “Terima kasih” setiap kali menerima bantuan atau sesuatu yang diberikan orang lain. Terima kasih merupakan ucapan syukur yang harus Ucapan ini mampu membangun karakter anak berjiwa besar dan menghargai orang lain.
- Ajari anak untuk ucapkan “Baik (Iya, Siap, Ok, Yes)” saat merespon panggilan, perintah, dan diberi nasihat oleh orang tua. Ucapan merespon dapat membantu agar komunikasi berjalan dengan baik. Ucapan ini mampu membangun karakter anak agar peduli dan peka terhadap sesama.
- Ajari anak untuk ucapkan “Aku Bisa” ketika mendapatkan tantangan atau menghadapi rintangan. Kata-kata Aku Bisa menunjukkan adanya keberanian pada diri seseorang. Ucapan ini mampu membangun karakter optimis dan percaya diri pada anak.
Baik buruknya seseorang dapat dilihat dari perilaku dan ucapannya. Sedangkan ucapan yang baik tentunya akan dapat membangun karakter yang baik pula.
Semoga bermanfaat 🙂
- Follow Instagram Kreasa
- Like Facebook Kreasa
- Subscribe YouTube Kreasa
0 Comments